Cerama atau khutba jumat Tiga Makhluk Allah: Malaikat, Iblis, dan Manusia dalam Ketaatan dan Kemaksiatan
Tiga Makhluk Allah: Malaikat, Iblis, dan Manusia dalam Ketaatan dan Kemaksiatan

Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa semua yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala itu adalah makhluk Allah subhanahu wa ta'ala pada ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala itu terbagi-bagi ada ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala terus taat patuh kepada perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan ada juga sebaliknya ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala selalu berbuat yang tidak disukai dan lebih dari itu bukan cuma sekedar berbuat yang tidak disukai oleh Allah subhanahu wa ta'ala malahan dia mencari lagi teman bagaimana supaya dia mempunyai banyak teman mengingkari perbuatan yang baik ataukah mengingkari seluruh perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan ada juga makhluk pertengahan yang kadang dia taat kepada Allah dan suatu saat dia ingkar terhadap perintah Allah subhanahu wa ta'ala sehingga dalam kesehariannya dia selalu berhadapan dengan pahala dan dosa hadirin kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Tiga makhluk Allah
Nah dari tiga makhluk ini maka kita sudah mengetahui ataukah mungkin ada yang bertanya-tanya yang mana kah makhluk Allah subhanahu wa ta'ala yang selalu tunduk patuh dan taat terhadap berbagai macam perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan tidak pernah mendurhakai atau mengingkari serta bermaksiat terhadap perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan yang manakah makhluk yang sebaliknya yaitu selalu mengingkari perbuatan-perbuatan yang baik selalu mengingkari dan bertentangan dengan perintah Allah subhanahu wa ta'ala pokoknya dia selalu berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah yang lebih dari itu adalah mengajak teman atau mengajak sesama makhluk untuk berbuat tidak baik dan yang manakah makhluk Allah subhanahu wa ta'ala yang selalu berhadapan dengan pahala dan dosa nah inilah yang akan kita bahas pada pertemuan kali ini
Yang pertama makhluk Allah subhanahu wa ta'ala yang tidak pernah mendurhakai terhadap perintah Allah subhanahu wa ta'ala yakni malaikat. Malaikat adalah satu makhluk yang patuh dan taat terhadap berbagai macam perintah Allah subhanahu wa ta'ala apapun yang dia diperintahkan maka dia tetap tunduk patuh dan taat terhadap perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan tidak ada istilah tidak mampu melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta'ala.
Nah sekarang yang menjadi pertanyaan di manakah dan kenapa kita bisa mengetahui dan mengatakan bahwa malaikat itu adalah makhluk yang takut yang taat terhadap berbagai macam perintah Allah subhanahu wa ta'ala ini sudah kita diberitahukan oleh Allah subhanahu wa ta'ala di dalam Alquran Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan lah yang lalu malaikat itu tidak bermaksiat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah dan mengerjakan terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah.
Ayat yang Anda maksud adalah Surah At-Tahrim ayat 6 (QS. 66:6).
Berikut teks lengkapnya:
النَّصُّ العَرَبِيّ (Teks Arab):
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Latin (cara baca):
Lā ya‘ṣūna-llāha mā amarahum wa yaf‘alūna mā yu’marūn.
Terjemahan bahasa Indonesia:
Mereka (para malaikat) tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.
Hadirin kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Nah dari sini kita bisa mengetahui dan memahami bahwa ternyata makhluk yang bernama malaikat itu adalah makhluk yang tidak berkhianat terhadap berbagai macam perintah Allah subhanahu wa ta'ala apapun yang diperintahkan oleh Allah maka dia akan kerjakan dan dia tidak mengenal lelang terhadap perintah Allah subhanahu wa ta'ala bahkan kalau Allah memerintahkan untuk mencabut nyawa seseorang maka dia akan melakukan.
Padahal kalau kita melihat dan memperhatikan berapa banyak orang-orang yang ada di permukaan bumi ini akan tetapi malaikat tidak pernah lelah kita belum pernah menemukan dalil baik hadis ataupun ayat mengatakan bahwa malaikat pencabut nyawa dia sudah capek untuk mencabut nyawa malaikat pencabut nyawa itu sudah lelah karena dari kampung ke kampung dari negara ke negara Dia terbang ke mana-mana untuk mencabut nyawa sehingga dia lelah belum pernah kita dengar pokoknya dia tidak akan pernah lelah dan tidak pernah mengingkari dan melanggar dari aturan Allah subhanahu wa ta'ala ini yang pertama adalah makhluk yang terus patuh tunduk dan taat terhadap perintah Allah subhanahu.
Kemudian sebaliknya adalah makhluk yang terus mengingkari perintah Allah subhanahu wa ta'ala makhluk yang berbuat dosa dan anehnya lagi bukan cuma sekedar berbuat dosa akan tetapi Dia memanggil sesama makhluk untuk berbuat dosa kepada Allah subhanahu wa ta'ala pokoknya seluruh perintah Allah subhanahu wa ta'ala dia senang kalau ada makhluk yang terjerumus dan menyemai dirinya.
Makhluk ini itulah yang disebut iblis dan setan bukan cuma sekedar Dia berbuat dosa akan tetapi dia senang kalau ada manusia-manusia ia mengikutinya dari ajakan-ajakannya atau godaan-godaannya itu sehingga dia mengajaknya sehingga dia menggodanya bahkan dia meminta kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk dipanjangkan umurnya hanya mengajak dan menggoda manusia supaya banyak dia temani di neraka.
Ayat yang Anda maksud terdapat dalam Surah Al-A‘rāf ayat 14–17 (QS. 7:14–17), juga disebutkan serupa dalam Surah Ṣād ayat 79–82 (QS. 38:79–82).
Berikut penjelasan lengkapnya
Surah Al-A‘rāf ayat 14–17
النَّصُّ العَرَبِيّ (Teks Arab):
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ (14)
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ (15)
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16)
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17
Latin (cara baca):
Qāla anẓirnī ilā yaumi yub‘atsūn.
Qāla innaka minal munzharīn.
Qāla fabimā aghwaitanī la-aq‘udanna lahum ṣirāṭakal-mustaqīm.
Ṯumma la-ātiyannahum min bayni aydīhim wa min khalfihim wa ‘an aymānihim wa ‘an syamāilihim wa lā tajidu akṡarahum syākirīn.
Terjemahan bahasa Indonesia:
1 Iblis berkata: “Tangguhkanlah (panjangkanlah umur) aku sampai hari mereka dibangkitkan.”
1Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguhan (umur panjang).”
1Iblis berkata: “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan menghadang mereka dari jalan-Mu yang lurus.”
1 “Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka; dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Makna ringkas:
Iblis memohon kepada Allah agar diberi umur panjang sampai hari kebangkitan manusia.
Allah mengabulkan permintaannya, tetapi hanya sampai hari kiamat besar (saat tiupan sangkakala pertama), bukan sampai hari kebangkitan dari kubur.
Setelah itu, iblis bersumpah untuk menyesatkan manusia dari segala arah, agar mereka berpaling
dari jalan Allah dan tidak bersyukur.
Hadirin kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Jadi seperti itulah iblis selalu mengajak dan menggoda manusia supaya banyak temannya.
Nah dari sini Kita harus berpikir Kita sebagai manusia yang selalu berhadapan dengan pahala dan dosa ,selalu berhadapan dengan benar dan salah. Jarang sekali ada manusia yang salah terus dan jarang sekali ada manusia yang benar terus ,oleh karena itu kita sebagai manusia dibekali atau diberikan solusi untuk bisa selamat dari jebakan-jebakan iblis dan setan yang terkutuk itu.
Jadi solusi supaya dosa dan kesalahan bisa diampuni ataukah dihapus maka dengan cara banyak-banyak beristighfar. Maka di dalam Alquran atau di dalam ajaran agama kita dianjurkan kita supaya beristighfar.
Surah Āli ‘Imrān ayat 135
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Latin:
Walladzīna idzā fa‘alū fāḥisyatan aw ẓalamū anfusahum dzakarullāha fastaghfarū li dzunūbihim, wa man yaghfiru dzunūba illallāh, wa lam yuṣirrū ‘alā mā fa‘alū wa hum ya‘lamūn.
Artinya:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka — dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? — dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosanya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Āli ‘Imrān: 135)
Penjelasan:
Ayat ini menunjukkan kewajiban beristighfar setelah tergelincir dalam dosa — termasuk dosa akibat godaan setan. Orang beriman bukanlah yang tidak pernah salah, tapi yang segera kembali kepada Allah dengan istighfar.
2. Dalil dari Hadis
a. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Latin:
Kullu banī Ādama khaṭṭā’, wa khayrul khaṭṭā’īna at-tawwābūn.
Artinya:
“Setiap anak Adam pasti banyak berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang banyak bertobat (beristighfar).”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Mājah, dan Ahmad)
Penjelasan:
Hadis ini mengingatkan bahwa dosa akibat godaan setan adalah hal yang mungkin terjadi pada semua manusia, tetapi kemuliaan seorang mukmin terlihat dari cepatnya ia beristighfar dan bertobat.
b. Hadis Riwayat Muslim
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Latin:
Innahu layughānu ‘alā qalbī, wa innī la’astaghfirullāha fil-yaumi mi’ata marratin.
Artinya:
“Sesungguhnya hatiku kadang terasa tertutup (karena kelalaian), dan aku benar-benar beristighfar kepada Allah seratus kali dalam sehari.”
(HR. Muslim)
Penjelasan:
Rasulullah ﷺ yang ma‘shum (terjaga dari dosa) pun beristighfar seratus kali setiap hari, untuk mengajarkan kita agar selalu
menjaga hati dari pengaruh godaan setan dan kelalaian.
Sumber: alhikmacinong.blogspot.com/
Komentar