Nabi Ādam عليه السلام: Kisah Awal Manusia, Dosa Pertama, dan Rahasia Taubat”

Ilustrasi Nabi Adam
Kisah Nabi Ādam عليه السلام
Pendahuluan
1. Penciptaan Nabi Ādam عليه السلام
Allah ﷻ menciptakan manusia pertama, Nabi Ādam عليه السلام, bukan sekadar untuk hidup di bumi, melainkan untuk mengemban amanah besar sebagai khalifah, yakni pemimpin dan pengelola kehidupan di muka bumi.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Pertanyaan Malaikat dan Jawaban Allah
Ketika malaikat mendengar keputusan Allah, mereka bertanya-tanya: “Mengapa Engkau menjadikan makhluk yang bisa berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi, padahal kami senantiasa bertasbih dan menyucikan-Mu?”
Allah menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Jawaban ini menunjukkan bahwa Allah memiliki hikmah dan ilmu yang jauh melampaui pengetahuan para malaikat. Allah tahu bahwa di balik potensi manusia untuk berbuat salah, manusia juga memiliki potensi yang luar biasa untuk beriman, berilmu, beribadah, berbuat kebaikan, dan menjadi makhluk yang paling mulia bila taat kepada-Nya.
Makna Khalifah di Bumi
Kata khalifah bermakna:
- Pemimpin dan pengelola bumi → manusia diberi akal, ilmu, dan amanah untuk menjaga serta memakmurkan bumi, bukan merusaknya.
- Pengganti generasi demi generasi → manusia silih berganti hidup di bumi untuk meneruskan peran ini.
Dengan demikian, penciptaan Nabi Ādam عليه السلام adalah awal mula peran besar manusia sebagai makhluk yang dimuliakan.
Hikmah yang Bisa Diambil
- Tugas manusia bukan sekadar hidup, melainkan menjadi khalifah: menjaga, mengatur, dan memperbaiki kehidupan di bumi sesuai aturan Allah.
- Allah lebih mengetahui hakikat sesuatu. Terkadang manusia atau makhluk lain mempertanyakan keputusan Allah, padahal di balik itu ada rahasia kebijaksanaan yang hanya Allah yang tahu.
- Potensi manusia sangat besar: bisa berbuat salah, tetapi juga bisa menjadi makhluk yang paling mulia dengan ilmu, ibadah, dan ketaatan.
- Kehidupan adalah ujian amanah. Penciptaan Nabi Ādam عليه السلام mengingatkan kita bahwa hidup di dunia bukanlah kebetulan, melainkan sebuah misi besar.
2. Sujud Para Malaikat dan Kesombongan Iblis
Ketika Allah ﷻ menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalām sebagai manusia pertama, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan, bukan ibadah. Sujud ini merupakan tanda ketaatan mereka kepada Allah dan pengakuan atas ilmu yang Allah ajarkan kepada Adam.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
(Al-Baqarah: 31)
Artinya “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu, kemudian Dia memperlihatkan mereka kepada para malaikat, seraya berfirman: ‘Beritahukanlah kepada-Ku nama benda-benda ini jika kamu memang benar.’”
Semua malaikat bersujud dengan penuh ketaatan. Namun, Iblis menolak karena kesombongannya. Ia berkata:
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
(Al-A‘raf: 12)
Artinya “Aku lebih baik darinya; Engkau menciptakanku dari api sedangkan Engkau menciptakan dia dari tanah.”
Akibat kesombongan ini, Allah mengusir Iblis dari rahmat-Nya:
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
(Al-A‘raf: 13)
“Allah berfirman: ‘Maka keluarlah dari surga, sesungguhnya engkau terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari kiamat.’”
Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam hadis:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ كَسَبَ الْكِبْرِيَاءَ شَيْطَانُ وَأَوْلُ مَنْ أَمَرَ بِالطَّاعَةِ هُوَ أَوَّلُ الْمَلَائِكَةِ
(HR. Muslim, shahih)
“Sesungguhnya yang pertama kali bersikap sombong adalah Iblis, dan yang pertama kali diperintahkan untuk taat adalah para malaikat.”
Pelajaran penting:
- Ketaatan kepada Allah harus melebihi logika atau perasaan pribadi.
- Kesombongan, sekecil apa pun, bisa menjerumuskan hamba dari rahmat Allah.
- Kehormatan manusia bukan ditentukan dari asal penciptaannya, tapi dari ketakwaannya.
3. Ādam dan Ḥawwā’ di Surga
Baik, berikut penjelasan Ādam dan Ḥawwā’ di Surga beserta dalil Al-Qur’an dan Hadis Nabi ﷺ dalam tulisan Arab lengkap:
Ādam dan Ḥawwā’ di Surga
1. Penciptaan Ādam
Allah menciptakan manusia pertama, Ādam, dari tanah liat, lalu mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ini menunjukkan keistimewaan manusia dibanding makhluk lainnya.
Dalil Al-Qur’an:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا
(QS. Al-Baqarah [2]: 31)
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Ādam nama-nama segala sesuatu…”
Hadis Nabi
ﷺ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ، فَخَرَجَتْ حَيَاتُهُ وَسُلْطَانُهُ مِنْ نَفْسِهِ»
(HR. Ahmad, Tirmidzi)
Artinya: “Ādam diciptakan dari tanah, hidup dan kekuasaannya keluar dari dirinya sendiri.”
2. Penciptaan Ḥawwā’
Allah menciptakan Ḥawwā’ dari Ādam sebagai pasangan hidupnya. Mereka hidup saling melengkapi dan saling menyayangi di surga.
Dalil Al-Qur’an:
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
(QS. An-Nisa’ [4]: 1, ringkas maksudnya)
Artinya: “Dan Allah menciptakan dari Ādam pasangannya…”
Hadis Nabi
ﷺ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «خُلِقَتِ الْحَوَّاءُ مِنْ عَضُدِ آدَمَ»
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: “Ḥawwā’ diciptakan dari tulang rusuk Ādam.”
3. Kehidupan di Surga
Allah memberi kenikmatan kepada Ādam dan Ḥawwā’, kecuali satu larangan: tidak mendekati pohon tertentu.
Dalil Al-Qur’an:
وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
(QS. Al-Baqarah [2]: 35)
Artinya: “…Makanlah dari (makanan) yang ada di surga ini sesuka hatimu, tetapi jangan mendekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.”
4. Godaan Iblis
Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Ādam dan berusaha menyesatkan manusia pertama dengan bujukan.
Dalil Al-Qur’an:
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
(QS. Al-A‘rāf [7]: 20)
Artinya: “Sesungguhnya aku adalah bagi kamu penasihat yang terpercaya…”
Hadis Nabi
ﷺ:عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ جَلَسَ عَلَى آدَمَ وَحَوَّاءَ وَغَوَّاهُمَا فَأَخْرَجَهُمَا مِنَ الْجَنَّةِ»
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: “Iblis duduk di hadapan Ādam dan Ḥawwā’, menyesatkan keduanya sehingga mereka keluar dari surga.”
5. Pelanggaran dan Turun ke Bumi
Akibat tergoda Iblis, Ādam dan Ḥawwā’ memakan buah terlarang dan diturunkan ke bumi sebagai tempat kehidupan sementara.
Dalil Al-Qur’an:
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ…
(QS. Al-Baqarah [2]: 36)
Artinya: “Maka keluarlah keduanya dari surga itu…”
6. Hikmah dan Pelajaran
- Ketaatan kepada Allah adalah kunci keselamatan.
- Manusia tidak lepas dari godaan, tapi Allah Maha Pengampun.
- Tanggung jawab manusia di bumi sebagai khalifah Allah.
- Peran pasangan hidup untuk saling melengkapi dan mendukung dalam ketaatan.
4. Turunnya ke Bumi
Sebagai akibat dari pelanggaran itu, Allah menurunkan mereka ke bumi.
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk dari-Ku, maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah: 38)
Dalam sebagian riwayat, Nabi Ādam turun di wilayah India, sementara Ḥawwā’ turun di Jeddah, kemudian dipertemukan kembali oleh Allah ﷻ di padang ‘Arafah.
5. Taubat Nabi Ādam عليه السلام
Ādam عليه السلام menyesali perbuatannya dan berdoa dengan kalimat yang Allah ajarkan.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Al-A‘rāf: 23)
Allah pun menerima taubatnya, karena Dia Maha Pengampun.
6. Anak-anak Ādam: Qābil dan Hābil
Setelah hidup di bumi, Ādam dan Ḥawwā’ memiliki anak-anak. Di antara mereka adalah Qābil dan Hābil.
Keduanya diperintahkan mempersembahkan kurban kepada Allah. Kurban Hābil diterima, tetapi kurban Qābil ditolak. Karena iri hati, Qābil membunuh saudaranya.
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Maka hawa nafsunya mendorongnya untuk membunuh saudaranya, lalu ia membunuhnya. Maka jadilah ia termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Al-Mā’idah: 30)
Peristiwa ini adalah pembunuhan pertama di muka bumi. Dari sinilah manusia belajar tentang kejahatan dan akibat dari iri hati.
7. Hadis tentang Penciptaan Ādam
Rasulullah ﷺ bersabda:إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ، طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا
“Sesungguhnya Allah menciptakan Ādam sesuai dengan bentuknya, tingginya enam puluh hasta.”(HR. Al-Bukhārī, no. 6227; Muslim, no. 2841)
Hadis lain menyebutkan:فَكُلُّ مَن يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلِ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدُ حَتَّى الآنَ“Setiap orang yang masuk surga akan dalam rupa Ādam. Namun, manusia terus berkurang ukurannya hingga sekarang.”(HR. Al-Bukhārī, no. 3326; Muslim, no. 2841)
8. Wafatnya Nabi Ādam عليه السلام
Nabi Ādam عليه السلام adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan juga nabi pertama. Setelah Allah menciptakan manusia, Nabi Ādam عليه السلام hidup di surga bersama istrinya, Hawā’ (Hawa), sebelum diturunkan ke bumi karena kesalahan memakan buah terlarang.
1. Umur Nabi Ādam عليه السلام
Menurut sebagian riwayat dalam tafsir dan kitab-kitab sejarah Islam, Nabi Ādam عليه السلام hidup sangat lama, sekitar 930 tahun. Dalam masa hidupnya, beliau menjadi nabi dan membimbing anak cucunya untuk beriman kepada Allah dan mengajarkan perintah-perintah-Nya.
2. Wafatnya Nabi Ādam عليه السلام
Setelah menunaikan tugasnya sebagai nabi dan membimbing manusia pertama, Nabi Ādam عليه السلام wafat. Wafat beliau adalah alamiah, bukan akibat dibunuh atau musibah, melainkan karena usia yang panjang dan ketentuan Allah.
Diriwayatkan bahwa Nabi Ādam عليه السلام dimakamkan di suatu tempat yang kemudian dikenal oleh generasi berikutnya. Tempat persisnya tidak disebutkan secara detail dalam Al-Qur’an, tetapi disebutkan dalam beberapa hadits dan kitab sejarah Islam bahwa beliau dimakamkan dengan cara yang mulia.
3. Hikmah dari wafatnya Nabi Ādam عليه السلام
- Mengajarkan manusia bahwa semua yang hidup pasti akan mati, termasuk nabi sekalipun.
- Menunjukkan bahwa kematian adalah bagian dari takdir Allah dan awal perjalanan ke akhirat.
- Memberikan teladan kesabaran dan ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat.
Ulama menyebut Nabi Ādam عليه السلام wafat pada usia sekitar 930 tahun. Beliau dimakamkan di bumi setelah menunaikan tugas sebagai nabi pertama dan bapak umat manusia.
9. Hikmah Kisah Nabi Ādam عليه السلام
Kisah Nabi Ādam penuh dengan pelajaran penting:
- Asal-usul manusia dari tanah. Ini mengajarkan kerendahan hati, bukan kesombongan.
- Bahaya kesombongan. Iblis terlaknat karena sombong.
- Manusia tempat salah, tapi taubat selalu terbuka. Ādam salah, tetapi ia segera bertaubat.
- Setan adalah musuh nyata. Ia berjanji menyesatkan keturunan Ādam sampai kiamat.
- Konflik pertama di bumi. Kisah Hābil dan Qābil mengajarkan bahaya iri hati dan pentingnya keikhlasan dalam ibadah.
- Tugas khalifah. Manusia diciptakan untuk memakmurkan bumi, bukan merusaknya.
- Allah Maha Pengampun. Taubat diterima jika dilakukan dengan ikhlas.
Referensi Lengkap:
- Al-Qur’an al-Karīm (QS. Al-Baqarah, Al-A‘rāf, Ṣād, Ṭāhā, Al-Ḥijr, Al-Mā’idah).
- Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Kitāb al-Anbiyā’.
- Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb al-Qadar.
- Ibnu Katsīr, Al-Bidāyah wa al-Nihāyah.
- Al-Ṭabarī, Tārīkh al-Rusul wa al-Mulūk.
Sumber.
Komentar